Waspadai Agresivitas pada Anak Usia Dini, Jangan Anggap Sekadar Nakal

Riris

8/30/20242 min baca

Jember – Anak usia dini seringkali menunjukkan perilaku seperti memukul, menjerit, mencubit, atau bahkan melempar barang saat marah. Banyak orang tua menganggap ini sebagai bagian dari perkembangan, tapi hati-hati, ini bisa menjadi tanda agresivitas yang perlu ditangani dengan serius.

Agresivitas bukan sekadar tantrum. Ini adalah bentuk luapan emosi yang belum terkelola dengan baik. Jika dibiarkan terus-menerus, agresivitas bisa berdampak buruk pada kemampuan sosial anak, mengganggu perkembangan emosionalnya, bahkan memicu gangguan perilaku saat dewasa nanti.

Kenapa Anak Bisa Agresif?

Agresivitas anak usia dini dipengaruhi oleh banyak faktor, baik dari dalam diri anak maupun dari lingkungan sekitar.

Secara internal, anak usia 0–6 tahun memang belum mampu mengatur emosinya secara utuh. Mereka kesulitan mengungkapkan apa yang mereka rasakan. Ketika keinginannya tidak terpenuhi, atau saat merasa kesal, mereka cenderung mengekspresikannya lewat cara yang “kasar” seperti berteriak atau memukul.

Namun, faktor lingkungan juga sangat besar pengaruhnya. Pola asuh orang tua yang terlalu ketat (otoriter) atau justru terlalu longgar (permisif) bisa membuat anak bingung membedakan mana perilaku yang diterima dan mana yang tidak.

Begitu juga dengan paparan media, seperti tayangan kekerasan yang tanpa disadari ditiru anak karena dianggap hal biasa. Kondisi sosial ekonomi yang menekan, lingkungan rumah yang penuh konflik, atau kurangnya perhatian emosional juga dapat menjadi pemicu.

Apa Dampaknya Jika Dibiarkan?

Perilaku agresif yang terus berulang bisa membuat anak kesulitan membangun hubungan dengan teman sebaya. Anak bisa tumbuh menjadi pribadi yang impulsif, mudah marah, sulit berempati, bahkan menunjukkan kecenderungan perilaku antisosial.

Ini bukan hanya berdampak saat kecil, tapi juga bisa terbawa hingga remaja dan dewasa.

Apa yang Bisa Dilakukan?

Agresivitas bisa dicegah dan dikurangi jika dikenali sejak dini dan ditangani dengan pendekatan yang tepat.

Beberapa metode yang bisa diterapkan antara lain:

a) Storytelling (bercerita): Anak diajak memahami emosi dan perilaku baik lewat cerita-cerita sederhana.

b) Reinforcement: Memberi pujian atau penghargaan ketika anak menunjukkan perilaku positif.

c) Role play (bermain peran): Melatih anak mengenal situasi sosial dan cara menyelesaikan masalah tanpa kekerasan.

d) Terapi perilaku: Untuk kasus yang lebih berat, pendekatan ini dilakukan dengan analisis dan pendampingan intensif.

e) Token ekonomi: Sistem hadiah berupa bintang atau poin yang ditukar dengan sesuatu yang disukai anak, sebagai motivasi berperilaku baik.

Yang tak kalah penting, semua intervensi harus dilakukan secara konsisten dan melibatkan orang tua, guru, serta lingkungan sekitar. Anak butuh bimbingan, bukan sekadar dimarahi.

Anak Tidak Nakal, Hanya Belum Bisa Mengungkapkan Emosi

Anak usia dini belum mampu sepenuhnya memahami atau mengatur emosinya. Saat mereka menunjukkan perilaku agresif, sebenarnya mereka sedang berusaha memberi tahu bahwa ada sesuatu yang salah, tapi tidak tahu cara menyampaikannya.

Daripada dimarahi atau diberi label “nakal”, anak justru perlu diajak berbicara, dipeluk, dan dibimbing agar tahu cara yang lebih baik untuk mengekspresikan apa yang mereka rasakan.

Dengan pendekatan yang penuh empati dan lingkungan yang suportif, agresivitas pada anak bisa ditekan, dan mereka bisa tumbuh menjadi pribadi yang lebih tenang, terbuka, dan sehat secara emosional.

Sumber:

Kristiani, L. P., & Suwarjo. (2020). Pengaruh empati dan regulasi emosi terhadap agresivitas anak usia dini. Jurnal Psikologi, 47(2), 112–120.

Akbar, F., Mualifah, A., & Purwadi. (2021). Faktor-faktor penyebab agresivitas pada anak usia dini. Dirasah: Jurnal Studi Ilmu dan Manajemen Pendidikan Islam, 4(1), 33–44.

Marini, D. A., Sholihah, M., & Nusir, A. (2022). Hubungan pola asuh permisif dengan perilaku agresif pada anak usia dini. Jurnal Pendidikan dan Perkembangan Anak, 3(1), 20-29.

Fitria, N., & Meiyuntariningsih, T. (2019). Pengaruh token ekonomi untuk mengurangi agresivitas pada anak. Seminar Nasional Multidisiplin, UNWAHA Jombang.

Hanifah, S., & Rakimahwati, N. (2021). Pengaruh tayangan media terhadap perilaku agresif anak usia dini. Jurnal Ilmiah Media Anak, 5(1), 33–47.