Bahaya Pornografi dan Pentingnya Edukasi Seksual pada Remaja
Deskripsi blog
Neni Eka Syaputri
9/2/20253 min baca
Di era digital seperti sekarang ini, informasi dapat dengan sangat mudah di akses oleh berbagai kalangan. Dari anak-anak hingga dewasa, mereka memiliki ponsel untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari seperti mencari informasi di internet, menjalin komunikasi, menonton film atau video tertentu bahkan memesan barang atau makanan disebuah aplikasi bisa melalui ponsel. Kemajuan teknologi dewasa ini memudahkan seseorang untuk memperoleh informasi dari media masa. Informasi seperti ini cenderung menjerumuskan individu terutama remaja pada permasalahan seksual dan tingkah laku seksual yang tidak bertanggung jawab. Hal ini dapat menyebabkan pemahaman yang keliru tentang pendidikan seks, sehingga remaja bisa terjebak dalam perilaku seksual yang menyimpang. Hal ini jelas akan memberi dampak negatif pada pertumbuhan mental remaja yang seharusnya aktivitasnya diisi dengan melakukan kegiatan-kegiatan yang positif.
Pornografi merupakan salah satu isu hangat yang diperbincangkan masyarakat, sejak munculnya wacana Undang-Undang Anti Pornografi dan Pornoaksi pada awal tahun 2006 lalu. Undang-Undang Anti Pornografi telah mendefinisikan pornografi sebagai gambar, sketsa, ilustrasi, foto, tulisan, suara, bunyi, gambar bergerak, animasi, kartun, percakapan, gerak tubuh, atau bentuk pesan lainnya melalui berbagai bentuk media komunikasi dan/atau pertunjukan dimuka umum yang memuat kecabulan atau eksploitasi seksual yang melanggar norma kesusilaan dalam masyarakat (Utomo dan Sa’i, 2018). Hadirnya pornografi secara luas tidak terlepas dari kehadiran internet sebagai sarana dalam penyebarluasan pornografi.
Internet bagi pengguna atau masyarakat merupakan sebuah media baru yang menawarkan cara memandang kebebasan akan akses informasi bagi pengguna tanpa harus terikat pembatasan dan sensor. Fakta tersebut didukung oleh pernyataan Kementrian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) yang telah mencatat bahwa saat ini masih banyak situs porno yang dapat di akses oleh pengguna internet, jika 100 situs porno diblokir maka akan muncul 1.000, jika diblokir 1.000 maka akan muncul 10.000, dan seterusnya. Situs porno dalam satu menit bisa memunculkan sekitar 30.000 halaman pornografi (Ahmadi, 2002: 23 dalam Utomo dan Sa’i, 2018).
Menurut Sarlito, secara umum pendidikan seksual adalah suatu informasi mengenai persoalan seksualitas manusia yang jelas dan benar, yang meliputi proses terjadinya pembuahan, kehamilan sampai kelahiran, tingkah laku seksual, hubungan seksual dan aspek-aspek kesehatan, kejiwaan, dan kemasyarakatan (Warsono, 2008: 193 dalam Utomo dan Sa’i, 2018). Menurut Sudarsono, pemahaman dan pengetahuan remaja akan menjadi masalah seksual pada tumbuh kembang remaja. Namun seringkali karena remaja masih malu membicarakan seks kepada orang tuanya, remaja sering mencari sendiri informasi dari media ataupun dari orang lain. Lebih jauh lagi, berbagai informasi, pengertian-pengertian, serta konsep-konsep pengetahuan tentang seks dapat diperoleh melalui media masa (televisi, video, radio, dan film) yang semuanya tidak bisa dipisahkan dari kehidupan para remaja sekarang. Apabila orang tua yang jarang mengawasi anak-anak remajanya, kurang memberi dukungan, dan menerapkan pola disiplin secara tidak efektif, maka akan menyebabkan terjadinya penyimpangan tingkah laku pada remaja. Perkembangan teknologi memiliki andil terhadap terjadinya perilaku menyimpang remaja atau kenakalan remaja (Sudarsono, 1990: 7 dalam Utomo dan Sa’i, 2018). Kurangnya pendidikan seksual terhadap remaja akan menimbulkan penyimpangan tingkah laku seksual pada remaja (Prayitno, 2006: 49 dalam Utomo dan Sa’i, 2018).
Penelitian Lestari et al. (2015 dalam Saripah, 2021) menjelaskan intensitas dalam mengakses situs porno memiliki hubungan yang signifikan terhadap perilaku seksual tidak sehat pada remaja. Kemudahan akses media cenderung diimitasi oleh remaja dalam perilakunya sehari-hari yang berpengaruh pada perilaku seksual yang ditampilkan (Sarwono, 2011). Dampak yang terjadi akibat melakukan hubungan seksual diluar nikah diantaranya menurunnya semangat belajar remaja, diejek oleh teman-temannya, hamil diluar nikah, putus sekolah, merasa bersalah pada diri sendiri dan keluarga, merasa bersalah yang cenderung akan membuat depresi, menikah muda, harus menafkahi anak di usia muda, kecenderungan untuk mengalami penyakit kelamin menular, serta sanksi moral dan sosial di masyarakat yang tidak mudah (Kustanti, 2013 dalam Saripah, 2021). Peningkatan dorongan atau hasrat seksual membutuhkan cara atau sarana untuk disalurkan dan penyaluran hasrat seksual memberi kenikmatan bagi individu yang melakukan, baik dilakukan dengan orang lain atau diri sendiri. Dilihat dari perspektif psikologi, pendidikan, serta bimbingan dan konseling, perilaku seksual menurut para ahli merupakan kebutuhan dasar setiap individu dan dalam kehidupannya mereka berusaha memenuhi kebutuhan tersebut. Berdasarkan pemaparan tersebut, perlu adanya penelitian mengenai kebutuhan remaja dalam pengembangan perilaku seksual sehat. Layanan bimbingan dan konseling memiliki peran yang penting dalam mengentaskan masalah perilaku seksual remaja. Oleh karena itu, perlu ada inovasi dalam pemberian layanan bimbingan dan konseling untuk memberikan pemahaman mengenai masalah-masalah perilaku seksual yang benar kepada remaja, baik di sekolah maupun di keluarga sebagai wahana awal pendidikan seks bagi remaja. Hal ini dimaksudkan agar remaja tidak mencari informasi tentang perilaku seksual dari orang yang tidak bertanggung jawab atau sumber-sumber yang diragukan keberannya atau bahkan keliru (Saripah, 2021).
Kesimpulannya, bahaya dari pornografi sangatlah serius dan berbahaya karena selain menghambat tahap perkembangan sosial dan perkembangan kognitif individu, serta dapat menimbulkan perilaku seksual yang tidak sehat. Remaja menjadi kehilangan arah dan menyalurkan hasrat seksualnya secara tidak benar atau tidak sesuai dengan yang seharusnya seperti sex diluar nikah, mastubarsi, dan lain-lain. Oleh karena itu diperlukan pendidikan atau edukasi seksual yang benar dan tepat untuk remaja agar bisa menjadi pedoman untuk kehidupan sehari-hari. Peran orang tua juga menjadi bagian penting dalam hal ini, dimana orang tua perlu dan harus memantau anak-anak mereka agar tidak terjerumus ke hal-hal yang tidak diinginkan. Layanan bimbingan dan konseling juga menjadi peranan penting dalam meminimalisir masalah perilaku seksual pada remaja.
Sumber:
Saripah, dkk. (2021). Kebutuhan Pendidikan Seksual Pada Remaja: Berdasarkan Survei Persepsi Pendidikan Seksual Untuk Remaja. Jurnal Bimbingan dan Konseling Terapan. 5 (1)
Utama dan Sa’i. (2018). Dampak Pornografi Terhadap Perkembangan Mental Remaja Jadi Sekolah. Elementary. 6 (1)
Garwita Institute
"Menerima diri adalah awal dari perjalanan yang utuh. Dari penerimaan, lahir cahaya untuk menatap hari esok."
Kontak
Email:
adm.garwita@gmail.com
No Whatsapp:
+62878-5743-4081
(Admin Garwita)
© 2024 Garwita Institute. All rights reserved.
Alamat:
Jalan Kertabumi VI nomor 20, Talangsari, Jember, Jawa Timur.
Jam kerja:
Senin - Jumat (08.00 - 17.00)
Sabtu & Minggu: LIBUR
